Kisah Sukses TKW :Suami Penyabit Rumput, Istri Mampu Beli Innova

Solindon@JPS.com, SEBAGAI salah satu provinsi penghasil
TKI yang besar, Pemprov Jatim bukannya
tak berbuat sesuatu. Selain aturan seabrek
yang dikeluarkan pemerintah pusat (di
antaranya UU No 39/2004), Pemprov Jatim
sudah melakukan beberapa langkah.
’’Dari pointer-pointer yang disampaikan
Pak Gubernur, kami serius melakukan
upaya pembinaan TKI yang lebih baik,’’
kata Wagub Jatim Saifullah Yusuf. Orang
nomor dua di jajaran pemerintahan Jatim
tersebut mengakui masih ada banyak
masalah terhadap TKI.
Saifullah membaginya dalam tiga titik.
Yakni, sebelum bekerja, selama bekerja,
dan purnakerja. Untuk sebelum bekerja,
yang kerap terjadi adalah masalah rentannya
calon TKI ditipu oleh PL (perekrut), sponsor,
PJTKI, hingga agency.
Sedangkan selama bekerja di luar negeri,
lanjut Saifullah, ada dua hal. ’’Pertama, lemahnya
sistem pelaporan kedatangan dan pendataan
di luar negeri oleh perwakilan RI,’’ ucap pejabat
kelahiran Pasuruan tersebut. Yang kedua, masih
lemahnya monitoring oleh perwakilan RI di
luar negeri. Pemerintah juga mengirim delegasi
ke Kementerian Luar Negeri dan menyiapkan
uang tebusan bagi delapan TKI yang
bermasalah di Arab Saudi. ’’Kalau memang
ada uang tebusan, ya akan kami bantu siapkan
uang tebusan tersebut,’’ tambahnya.
Sementara itu, yang purnakerja lebih
ditekankan pada sisi teknis. Misalnya, sulitnya
pencairan klaim asuransi dan hasil dari luar
negeri belum bisa digunakan untuk kerja
yang produktif di dalam negeri.
Selain itu, pihaknya mempunyai visi untuk
meningkatkan kualitas TKI yang dikirim.
Selama 2009, total ada 8.464 TKI yang didepor
tasi karena bermasalah. Pada tahun berikutnya,
jumlahnya turun 22 persen atau hanya
6.691 orang yang dideportasi. ’’Kami juga
memberikan bantuan uang cash Rp 35 ribu
per orang, bantuan biaya akomodasi/konsumsi,
serta biaya transportasi untuk kembali
ke daerah asal,’’ tambah mantan menteri
percepatan daerah tertinggal tersebut.
Saifullah juga mengatakan bahwa Jawa
Timur akan berubah menjadi pengekspor
TKI yang bekerja di sektor formal, bukan
informal lagi. ’’Maka, sejumlah pelatihan
dan pembinaan di daerah-daerah yang
secara tradisional menjadi kantong TKI
terus ditingkatkan,’’ jelasnya.
Di sisi lain, Saifullah juga mengungkapkan,
pemprov sudah bekerja sama dengan pihak
kepolisian untuk memelototi jaringan para
TKI perempuan. ’’Kami telah menerapkan
kebijakan zero TKI illegal. Siapa pun yang
memberangkatkan TKI secara ilegal pada
dasarnya bisa dijerat dengan UU trafficking
in person (perdagangan orang, Red),’’
tegasnya. (ano/c7/kum)
DALAM bidang ekonomi,
kontribusi para TKI untuk mengangkat
suatu daerah sungguh luar
biasa. Tak percaya? Lihat saja
Tulungagung Selatan, terutama
di Kecamatan Besuki dan Bandung.
Harga tanah di dua kecamatan
tersebut di atas tanah di Kecamatan
Ngunut. Padahal, Ngunut adalah
kawasan industri. Termasuk lebih
tingginya harga barang kebutuhan
bila dibandingkan dengan pusat
kota Tulungagung.
Salah satu contoh nyatanya adalah
Desa Tanggul Turus, yang tanpa
intervensi atau bantuan berarti
pemerintah, berhasil menjadi desa
maju. Pada 1980-an, Desa Tanggul
Turus, Kecamat an Besuki,
Tulungagung, berstatus desa IDT
(inpres desa tertinggal).
Namun, wajah Desa Tanggul
Turus pun kemudian berubah.
Sudah tak ada rumah yang
terbuat dari gedheg lagi. Rumah
mereka magrong-magrong. Banyak
di antaranya yang mempunyai
sistem pemanas air untuk
mandi. Salah satunya rumah
Kusnan, penduduk desa setempat.
’’Sehari-hari Pak Kusnan bekerja
nyabit rumput,’’ ucap Budi
Santoso, bayan (perangkat desa)
Tanggul Turus.
Namun, rumah berlantai duanya
KARDONO/JAWA POS
YANG SUKSES: Sumarmi menggendong anaknya. Selama dua tahun
bekerja di Hongkong, dia berhasil membawa pulang uang Rp 150 juta.
Di satu sisi, menjadi TKI perempuan di luar
negeri memang menjanjikan kesuksesan
materi. Tetapi, pada sisi lain, TKI perempuan
juga sangat rentan menjadi korban
dari orang-orang di sekelilingnya.
Berjuang untuk Zero TKI Ilegal
sangat besar. Juga terparkir satu
Kijang Innova di garasi mobil.
Bisa ditebak, ini karena jasa istrinya
yang menjadi TKI selama 20 tahun
di Yunani. Banyak kisah Kusnan-
Kusnan lain di kawasan selatan
Tulungagung.
Menggeliatnya perekonomian
di Tulungagung Selatan bisa dilihat
di Pasar Bandung, sekitar 20 km
dari pusat Kota Tulungagung.
Harga sewa stan di sana sudah
gila-gilaan, mencapai Rp 10 juta
per bulan. Harga tersebut memang
beralasan, mengingat tingginya
potensi ekonomi di sana.
Buah semangka, misalnya.
Pedagang buah di Pasar Bandung
rata-rata membanderolnya Rp 3.200
per kg. Padahal, di pusat Kota
Tulungagung hanya sekitar Rp 2.500.
Begitu pula buah-buahan lain, yang
berselisih sekitar Rp 1.000 per
kilogramnya. Ini cukup unik. Ini
mengingat daerah penghasil buahbuahan
lebih dekat di Pasar Bandung
daripada Tulungagung. Artinya,
daya beli masyarakat Tulungagung
Selatan lebih tinggi daripada Kota
Tulungagung. ’’Warga sini malas
kalau harus ke Tulungagung. Toh,
selisihnya tak banyak,’’ ucap Suwarto,
seorang pedagang buah di Pasar
Tulungagung.
Namun, bisa dipahami melihat
devisa yang digelontorkan di
sana. Tulungagung Selatan
adalah penyum bang 80 persen
TKI perem puan dari kabupaten
tersebut. Sementara remittance
dari para TKI perempuan setahun
men capai Rp 256 miliar. Jika
dirata-rata, per bulan Rp 20
miliar

Tentang Maryudi

Saya adalah TKI , dan ingin berbuat sesuatu untuk negaraku INDONESIA
Pos ini dipublikasikan di Dalam Negeri, Hongkong, Jepang, Korea, Malaysia. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar